Merauke – Kabarlagi.id. Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Papua Selatan berupaya mempermudah anggotanya untuk mendapatkan lisensi arsitek, termasuk melobi Dewan Arsitek Indonesia agar ujian sertifikasi bisa dilakukan secara daring. Hal ini diungkapkan Ketua Panitia Penataran Kode Etik Arsitek (PKE) Batch 1 2025, Ramdan, ST., IAI, HDII., di sela acara yang digelar di Trinity Cafe & Lounge Merauke, Kamis (04/12/2025).
Ramdan menjelaskan, lisensi arsitek memiliki tingkat kesulitan tinggi sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun, IAI Papua Selatan terus berupaya mencari solusi agar proses tersebut lebih mudah diakses oleh para arsitek di wilayahnya.
“Kemudahan untuk berlisensi ini sudah banyak kok, sudah banyak juga. Jadi walaupun berbayar tapi sudah banyak jalan yang dimudahkan,” ungkap Ramdan.
Ia mencontohkan, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengusulkan ujian lisensi secara online, mengingat biaya transportasi dan akomodasi yang tinggi jika harus dilakukan secara tatap muka di luar daerah.
Menurutnya, IAI Papua Selatan juga mendorong Universitas Musamus (Musamus) untuk membuka Program Profesi Arsitek (PPAr). Tujuannya, agar lulusan arsitektur di Papua Selatan dapat melanjutkan pendidikan profesi tanpa harus pergi ke kota lain.
“Jadi ketika teman-teman yang baru lulus sudah selesai, mereka bisa lanjut kuliah lagi di Musamus sendiri,” jelas Ramdan.
Ketua IAI Papua Selatan, Ar. Ir. Yesayas Duma, ST.IPM, IAI, menambahkan, kemudahan akses lisensi ini bukan semata-mata untuk meningkatkan kuantitas arsitek, tetapi untuk memberdayakan dan melindungi arsitek di Papua Selatan agar dapat berkarya.
“Lisensi itu untuk melindungi teman-teman arsitek agar bisa berkarya di daerah. Jadi arsitek luar kalau masuk ke Papua Selatan dapat membaur dan berkolaborasi dengan teman teman disini” tegas Yesayas.
Ia juga menjelaskan lisense STRA itu memiliki masa durasi sekitar 5 tahun dan bisa diperpanjang lagi dengan mengikuti sertifikat.
“Kalau lisensi… kalau STRA, STRA itu durasinya 5 tahun. Kita harus memperpanjang lagi. Jadi kita harus sertifikasi lagi, ada ujiannya lagi” tambahnya.
Gubernur Papua Selatan yang turut hadir dalam acara tersebut menyampaikan apresiasinya terhadap upaya IAI dalam meningkatkan kompetensi para arsitek di wilayahnya. Ia menekankan pentingnya lisensi profesi bagi arsitek agar dapat terlibat dalam desain-desain resmi dan menghindari produk ilegal.
“Biarpun dia ST (Sarjana Teknik), tapi kalau tidak punya gelar Profesi Arsitek, dia enggak boleh desain. Karena dia tidak punya lisensi,” ujar Gubernur.
Ia juga mendorong para arsitek di Papua Selatan untuk memiliki wawasan nasional dan aktif mencari informasi mengenai program-program pembangunan yang akan turun ke daerah.
Dalam kesempatan tersebut, Yesayas Duma juga resmi melantik 31 peserta Kode Etik Arsitek. Acara PKE Batch 1 2025 ini digelar bersamaan dengan Architect Expo 2025. (Rizki)

